My Blogsia

February 26, 2011

IPS. Mengapa Tidak?

Sabtu, 19 Februari 2011 | 09.30 WIB

YOGYAKARTA, ACHAKACHA.BLOGSPOT.COM – Teman-teman saya banyak yang mengeluhkan tentang orang tua mereka yang melarang mereka untuk memilih Program studi (prodi) jurusan IPS. Orang tua mereka mungkin menginginkan mereka untuk menjadi seorang dokter atau semacamnya. Sebagai anak, mereka tidak ingin membantah. Masuklah mereka ke prodi IPA…

Mereka, para orang tua, kurang mempertimbangkan potensi-potensi yang muncul dari masuk ke prodi IPS. Memang pada dasarnya prodi IPA lebih luas cakupannya daripada IPS. Tetapi kalau tujuan akhirnya adalah masuk ke fakultas yang bersifat pengetahuan sosial, bahkan bekerja ke bidang sosial, mengapa harus mengambil prodi IPA? Pondasi yang kuat sangat diperlukan pada pengembangan diri selanjutnya, maka dari itu jangan sampai memilih pondasi yang salah.

IPS sangat banyak manfaatnya di dalam kehidupan sehari-hari. IPS lebih mengajarkan untuk berpikir seimbang, seimbang antara otak kiri maupun kanan. Program studi IPS juga dinamis, tidak kaku, dan yang pasti tidak terpaku oleh rumus! Inilah sebabnya anak-anak lulusan IPS biasanya pemikirannya lebih terbuka dan tidak sedikit juga yang menjadi orang sukses ketika dewasa.

Jangan ragu dalam memilih jurusan. Yakinlah pada pilihan yang akan anda ambil. Jangan terpengaruh oleh orang lain. Pastikan bawa pilihan yang anda ambil merupakan pilihan terbaik, karena ketika anda telah menentukan pilihan artinya separuh hidup anda telah ditentukan. Semangat! (@68Acha)




nb. sebenernya... uhm.. sebenernya ini tugas sekolah (disuruh bikin artikel). tapi tulisan ini dijamin original!

February 20, 2011

TJ Sumber Keanehan

tulisan ini saya buat pada tanggal 14 Februari 2011, kejadiannya juga terjadi pada tanggal yang sama...

Prolog:
Saya kira 14 Februari masih menjadi perayaan hari valentine –bagi yang merayakan--, tapi ternyata bukan lagi. 14 Februari udah berubah jadi ‘hari super random hahahihi rocker di siang bolong’ buat saya. *zziiiiingg*

Jadi gini, aku tadi pulang dari sekolah pukul 16.30an. Biasanya sih lebih sore, tapi hari ini aku pulang lebih cepet karena nanti mau ada les.

Okay, pulang, jalan ke shelter TJ, normally, nothing happened, YET......
Beruntungnya, aku langsung dapet jalur kesayanganku (baca: 2B) tanpa harus nunggu. Aku langsung masuk ke bus itu, duduk, sambil ber-galaugalau ria –bohong! Aku sama sekali nggak ria tadi--.
Sampe di shelter....duh aku lupa. Sampe di suatu shelter, ada seorang bapak setengah baya naik ke bus dan langsung duduk di jejerku. Bapak itu tadinya ya biasa aja, seperti orang lain kebanyakan. ‘tadinya’.... Sampai suatu detik, dengan suara yang agak lirih, bapak tersebut ngomong sesuatu yang lumayan bikin saya kaget,

“Mbak, kalo kerja di salon itu biasanya digodain pelanggan-pelanggannya ya”

NGEEEEEEKKKK????!!!!

Apa-apaan tiba-tiba ngomong gituan ke aku. Aku bingung banget mau nanggepin gimana. Dengan penuh kebijaksanaan dan raut muka serius aku jawab, “Ya tergantung salonnya dan pekerjanya itu pak”.

Habis itu bapaknya diem agak lama, sampai suatu detik bapak itu ngomong lagi, “Tapi kalo pelanggannya cakep gitu jadi lebih romantis kan mbak?”

Dalem hati: wooooooy peduli setan deh sama pelanggan dan pekerjanya yang romantis itu –a
Yaudah tak balesin dengan cengiran mautku (?) soalnya aku bingung mau njawab apa. Sumpah bapak itu benar-benar memanfaatkanku yang pengen jadi psikolog ini buat curhat!!

“Kan ada ya, istilah buat ‘Salon Plus-plus’ mbak” kata bapak itu lagi.

Aku Cuma bisa jawab, “Yaaa... Iya pak hehe” --a

Pembicaraan terus berjalan, walau tiap kalimat selalu diselingi sekitar 30 detik gaada suara (apasih?). Ini nih yang paling freak, bapak itu tiba-tiba cerita gini, “Pernah suatu malam, saya itu pura-pura tidur. Istri saya yang baru pulang dari kerja langsung peluk saya dan bilang ‘maaf mas, saya kerja begini cuma buat keluarga, buat ngehidupin keluarga’ saya tapi itu pura-pura tidur mbak, saya nggak berani bangun.”

ADUH OJAAAAAN, terus hubungannya sama ane apaan?
Dalem hati: kayaknya ini akan berlangsung lama... TUHAN! AKU PENGEN TURUN BIS SEKARANG! SUMPAH DEMI PULAU KOMODO!!!

Dan suatu detik, bapak itu cerita gini, “Pernah suatu pagi dia (istrinya) bilang ke saya ‘mas, saya belom pernah disentuh siapapun, saya pengen disentuh mas’”

BRUAKAKAKAKAK aku pengen ngakak! Ini pembicaraannya kok jadi melenceng begete gini =.=
Tapi aku gak pernah membuka pembicaraan. Takutnya waktu aku mau turun bus, bapaknya ngasih duit ke aku, tanda terimakasih bisa curhat sepuasnya.

Akhirnya shelter Ludira Husada di depan mata, dengan sedikit sapaan, aku bilang ke bapaknya kalo mau turun. Bapaknya cuma bisa mengangguk dengan mata yang berkaca-kaca ke aku –malah ngopo—
Habis turun dari bus, aku cuma mikir ‘hmm... berarti tadi waktu bapaknya njejeri aku itu tujuan utamanya buat curhat ya? Emang mukaku kayak kotak curhat ya? Atau aura psikolog-ku udah mulai keluar?? AAAAA”

Yaudah lah, seenggaknya 14 Februariku tahun ini jadi lebih berkesan hihi.

See ya!

Nb. Kalo mau curhat, curhat aja!

February 4, 2011

Mbrambangiable. Marcell - Peri Cintaku

...aku untuk kamu, kamu untuk aku
namun semua apa mungkin iman kita yang berbeda
tuhan memang satu, kita yang tak sama
haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergi...
Kenal potongan lagu ini?
Buat yang gak familiar, ini tuh potongan lirik lagunya Marcell, judulnya Peri Cintaku.
Bukan lagu baru, jadi aku pikir ini bukan post yang menarik :/

Hmm.. Jadi gini..
Tadi siang (3/2) aku liat Marcell tampil di salah satu stasiun TV nyanyi lagu ini. Aku liat di pinggir panggungnya ada beberapa cewe nangis setelah ikut nyanyiin lagu ini. Aku langsung nyeletus, 'walah, pake nangis segala'. Yaa, aku bisa ngomong gitu karna aku gatau isi dari lagu itu sendiri... -__-

Tapi habis itu kakakku yang juga lagi nonton TV ngomong, 'mereka punya pacar yang beda agama kali'
DEG
Habis itu, --karna lagunya juga belom selesai-- aku resapin lirik lagunya. Astagfirullah, Subhanallah, ternyata maknanya dalem banget, dan.... aku --lil bit-- mbrambangi (berkaca-kaca). Yes! kemakan omongan sendiri deh ha ha ha.

Jadi, ternyata, lagu ini menceritakan tentang seseorang yang amat sangat mencintai kekasihnya. Tapi, ada benteng yang sangat tinggi dan tebal di antara mereka. Tidak lain dan tidak bukan adalah agama :/
Iya, mereka berbeda agama, berbeda kepercayaan, berbeda iman.

Gosh! yang paling bikin mbrambangi adalah ketika aku mbayangin hal itu terjadi ke aku...

February 3, 2011

Sebenarnya

Sebenarnya... sampe sekarang... Aku...

MASIH BINGUNG MAU MASUK
IPA/IPS!

Enaknya gimana ya?